Sabtu, 26 Maret 2011

Mau Tau Pemimpin Muda yang Ideal

Pemimpin Muda Bangsa bukan sekedar menjadi Orang berprestasi, apalagi orang biasa. Pemimpin Muda Bangsa telah memilih jalan terjal yang teramat mendaki. 
Pemimpin Muda Bangsa adalah seseorang yang sedikitnya lima kali sepekan meninggalkan pembaringan yang nyaman di keheningan sepertiga malam terakhir untuk meletakkan keningnya di atas sajadah, bercengkrama dengan Allah Yang Maha Indah lewat raka’at-raka’at shalat tahajudnya. 
Pemimpin Muda Bangsa adalah seseorang yang setiap hari bergegas ke Masjid di pekatnya kegelapan dini hari agar dapat berada di shaf terdepan shalat shubuh berjamaah dan bermunajat penuh khusyu kepada Allah di waktu dhuha. 
Pemimpin Muda Bangsa tidak akan membiarkan satu haripun berlalu tanpa melantunkan paling tidak satu juz Al Qur-an dan wirid matsurat. 
Pemimpin Muda Bangsa juga memastikan paling tidak dua hari dalam sepekan ia ber-taqarrub kepada Allah lewat shaum sunnahnya, di samping mengikis kecintaan yang berlebihan terhadap harta dengan tiada melewatkan satu haripun tanpa infaq. 
Pemimpin Muda Bangsa juga menjaga disiplinnya setiap hari, dan menjamin kesamaptaan fisiknya lewat olahraga dan beladiri. 
Pemimpin Muda Bangsa membina diri tak kenal henti untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang memiliki pemahaman Islam yang komprehensif, integritas dan kredibilitas yang tinggi, berkepribadian matang, moderat, serta peduli terhadap kehidupan bangsa dan negara.
Kajian Islam Kontemporer, Training Pengembangan Diri, Kajian Islam Pekanan, Training Jurnalistik, Studi Pustaka, Dialog Tokoh, Diskusi Paska Kampus, Training Bahasa Inggris, adalah sebagian racikan menu wajib untuk mentransformasi diri, mewujudkan visi besar itu. Namun itu belumlah cukup. 
Pada saat yang sama, Pemimpin Muda Bangsa dituntut untuk meraih indeks prestasi yang tertinggi, menjadi aktifis dakwah, memimpin berbagai organisasi  dan kemasyarakatan, menjuarai berbagai kompetisi, menuangkan pemikiran yang tajam dan cemerlang lewat tulisan-tulisan di berbagai media, dan menyiapkan diri untuk memenangkan tantangan kehidupan di lingkungan masyarakat.
Ehm……teringat seorang muslimah bernama Aisyah dalam syair lagu Bimbo yang ditulis oleh Taufiq Ismail. “Aisyah adinda kita yang sopan dan jelita. Indeks prestasi tertinggi tiga tahun lamanya. Calon insinyur(scientist, baca, hehehehe) dan bintang di kampus … Aisyah adinda kita tidak banyak berkata. Aisyah adinda kita, hanya memberi contoh saja.” Sungguh suatu gambaran pasangan hidup ideal yang mungkin ada di benak mayoritas Pemimpin Muda Bangsa. Namun, Allah Maha Adil. Sebelum Dia berkenan menyandingkan Pemimpin Muda Bangsa dengan seorang “Aisyah” Anda mesti membuktikan dulu kualitas yang paling tidak setara dengannya.
***
Sampai disini mari kita merefleksikan diri kita. Saya menyadari dengan sangat, bahwa saya pun belum menjadi seorang pemimpin muda yang ideal seperti yang telah disebutkan diatas. Agoh, terlalu cepat kita untuk menutup mata. Coba kita baca sekali lagi, sekali lagi, dan terus membacanya hingga membisik kedalam pikiran serta merasuk kedalam hati.
Kita punya waktu yang sama 24 jam sehari. Coba kita mengingat-ingat kembali apa yang kita lakukan hari ini. Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk tidur? 
Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk berselancar internet? 
Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk berjalan-jalan? 
Sudahkah hal tadi kita seimbangkan dengan berapa lama waktu yang kita habiskan untuk membaca? 
Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk menuangkan ide-ide didalam pemikiran kedalam sebuah tulisan dan gerak yang nyata? 
Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk meningkatkan kapasitas kita sebagai seorang manusia yang bersyukur hingga kita bisa menyandang kembali sebagai umat terbaik?
Belum terlambat. Saya katakan kembali, semua belum terlambat. “Man Jadda Wa Jada”, selama masih ada api semangat dan kesungguhan didalam jiwa kita, kita pasti akan bisa meraihnya. Kisah Abraham Lincoln, Muhammad Yunus dan Mahatma Gandhi rasanya sudah cukup memberikan sebuah jerat hikmah, bahwa keberhasilan tidak berdasar pada tolok waktu alih-alih sebuah kesungguhan. Oleh karenanya, jangan pernah menyerah untuk menjadi sesosok pemimpin muda yang (mendekati) ideal. Karena umat ini telah lelah menunggu barisan pemuda/remaja umat Islam yang tak pernah rapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar